Forex – Permulaan
Sekarang pertukaran mata uang dikenal dengan nama “Forex”, namun kebutuhan orang-orang akan pertukaran mata uang muncul tidak lama setelah uang mulai digunakan. Pada zaman pertengahan, keluarga Medici membuka sebuah bank di lokasi-lokasi di luar negeri untuk memfasilitasi perdagangan tekstil untuk pedagang-pedagang dari luar negeri. Ini terjadi pada abad ke-15, dan pada abad ke-17 dan 18, Amsterdam menjalankan sebuah pasar Forex yang aktif. Pada tahun 1880, muncullah satu dari bank-bank pertama yang menjalankan bisnis perdagangan mata uang asing, Banco Espirito e Comercial de Lisboa. Tidak lama setelahnya, bank-bank luar negeri mulai berdiri di kota-kota besar di dunia. Kota yang paling aktif adalah Paris, New York, dan Berlin, sedangkan London relatif tidak ikut serta dalam kegiatan ini hingga 1914.
Standar Emas (The Gold Standard) dan Perjanjian Bretton Woods
Standar Emas telah digunakan sejak abad 19. Standar Emas merupakan sebuah sistem keuangan yang membandingkan mata uang dengan emas dalam berat tertentu. Mata uang didukung oleh emas sehingga negara-negara pada zaman itu membutuhkan persediaan emas yang banyak. Namun, faktor-faktor eksternal (seperti penemuan sumber emas baru) sangat mempengaruhi Standar Emas. Ketika Perang Dunia I semakin dekat, ketidakstabilan situasi dan kerusuhan mengakibatkan kurangnya persediaan emas untuk mendukung mata uang. Negara-negara besar di Eropa menghabiskan banyak uang untuk proyek militer dan mengakibatkan banyaknya uang kertas yang dicetak, namun terbatasnya emas untuk mendukung mata uang pada akhirnya membawa akhir dari Standar Emas dan penandatanganan Perjanjian Bretton Woods pada Juli 1944.
Karakteristik utama dari sistem Bretton Woods adalah keharusan dari setiap negara yang berpartisipasi untuk menyatakan kurs atau nilai tukar dari mata uang mereka dengan mengaitkan mata uang mereka dengan Dolar AS. Sekarang, Dolar AS adalah mata uang paling kuat, dan satu-satunya yang di dukung oleh emas. Perjajian Bretton Words menghasilkan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan International Bank for Reconstruction and Development (sekarang merupakan bagian dari Bank Dunia)
Tulip Mania
Kita akan kembali ke tahun 1630 untuk membicarakan salah satu gelembung spekulatif terbesar dari sejarah ekonomi kita : Gelembung Tulip. Ini adalah contoh sempurna untuk menjelaskan penawaran dan permintaan.
Sekitar tahun 1554, umbi tulip datang di Vienna, datang dari kekaisaran Ottoman, dan tidak lama kemudian mencapai Amsterdam. Popularitas tulip mulai naik karena tidak ada bunga lain yang memiliki warna yang begitu cerah dan bisa bertahan dalam kondisi cuaca Belanda yang keras. Tulip lalu menjadi simbol kemewahan serta status sosial, dan permintaan mulai meningkat. Tulip yang paling dicari adalah tulip yang terinfeksi oleh suatu virus tertentu yang membuat warna kelopaknya berbeda, namun tulip dengan jenis itu sangatlah jarang dan persediaan sangatlah langka. Pada puncak dari tulip mania, satu umbi yang terinfeksi dengan virus tersebut bisa berharga sepuluh kali lipat gaji tahunan dari seorang pengrajin ahli. Tulip mania berakhir secara tiba-tiba pada Februari 1637 ketika pada sebuah lelang, tidak ada pembeli yang datang. Pada hari itu, penawarannya setinggi langit namun permintaannya nol. Kurangnya data dari tahun 1630 membuat kita sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, namun kelihatannya, orang-orang memilih untuk menghindari resiko dan tidak mau membayar harga yang tinggi dan terus menaik dari umbi tulip tersebut, dan gelembung spekulatif pun terjadi tanpa bisa dihindari. Siklus seperti ini bisa dilihat pada pasar Forex, dengan harga yang terus menaik, permintaan untuk mata uang tersebut menurun dan sebagai konsekuensinya, harga akan mulai ikut menurun. Saya benar-benar menyarankan anda untuk selalu mengingat kejadian Tulip Mania agar anda ingat bahwa sesuatu yang dihargai terlalu tinggi suatu saat akan kembali ke nilai harga sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar